Di saat banyak game first-person shooter berlomba-lomba menghadirkan cerita emosional, pace lambat, atau sistem penembakan berbasis strategi, DOOM The Dark Ages memilih arah sebaliknya—brutal, cepat, dan tanpa ampun. Game ini tidak hanya membawa Slayer kembali, tapi membawa kita ke era yang belum pernah disentuh sebelumnya dalam semesta DOOM: zaman abad pertengahan gelap yang penuh darah, logam, dan neraka literal.
Dikembangkan oleh id Software dan akan dirilis oleh Bethesda, DOOM The Dark Ages adalah prekuel langsung dari DOOM (2016) dan DOOM Eternal, menceritakan asal-usul dari Doom Slayer sebelum ia menjadi kekuatan absolut yang dikenal pemain modern. Namun kali ini, alih-alih dunia futuristik dan teknologi tinggi, Slayer dilempar ke dunia kastil batu, makhluk kegelapan, dan mesin perang raksasa ala medieval steampunk.
Kembali ke Akar, Tapi Lebih Brutal
Apa yang terjadi jika Slayer yang kita kenal ditempatkan di dunia seperti Dark Souls atau Berserk? Inilah yang menjadi benang merah DOOM The Dark Ages. Walau tetap mempertahankan DNA gila DOOM—kecepatan, intensitas, dan gore—versi ini menghadirkan nuansa berbeda: lebih berat, lebih gelap, dan lebih mengancam.
Slayer di sini bukan sekadar pembantai demon, melainkan mitos hidup yang menjadi bagian dari pasukan elit kerajaan fiksi bernama Argenta. Sebelum teknologi dan teleportasi antar dimensi tokped777, pertempuran antara manusia dan neraka terjadi dengan palu, perisai, dan kekuatan supranatural. Inilah latar dari DOOM The Dark Ages—sebuah dunia di mana sihir dan mesin berdampingan, dan Slayer adalah dewa perang satu-satunya harapan umat manusia.
Gameplay: Perpaduan Taktikal dan Brutalitas DOOM Klasik
Tidak seperti DOOM Eternal yang mengandalkan mobilitas tinggi dan juggling senjata cepat, The Dark Ages memperlambat tempo sedikit demi sedikit untuk memberi nuansa pertarungan yang lebih berat dan “keras”. Kamu tidak melompat-lompat seperti akrobat, melainkan menerobos musuh dengan tameng raksasa yang dilengkapi gergaji di ujungnya.
Shield Saw—senjata utama Slayer di game ini—adalah contoh sempurna perpaduan pertahanan dan kekejaman. Tameng ini tidak hanya memblokir serangan, tapi juga bisa dilempar ke arah musuh seperti boomerang mematikan. Setiap lemparan bisa memotong demon hingga berkeping-keping, sambil kamu maju perlahan bak benteng berjalan.
Selain itu, berbagai senjata klasik DOOM diubah menjadi versi abad pertengahan:
- Shotgun Ganda kini memiliki ukiran kayu dan peluru besi yang lebih “kuno”.
- Rocket Launcher diganti dengan meriam genggam yang bisa meluncurkan proyektil api.
- Chainsaw menjadi semacam kapak otomatis dengan roda gigi.
- Plasma Rifle dimodifikasi menjadi senjata sihir-otomatis menggunakan energi Argent.
Setiap senjata tidak hanya memiliki efek brutal, tapi juga animasi pembantaian yang lebih sinematik dari sebelumnya.
Dunia Argenta: Neraka dalam Gaya Gothic
Setting The Dark Ages adalah puncak artistik dari id Software. Dunia ini bukan hanya latar belakang semata, tapi sebuah dunia hidup penuh sejarah dan kehancuran. Dari reruntuhan katedral yang dipenuhi patung iblis, hingga medan perang terbuka di mana manusia terakhir bertahan dari invasi neraka—semuanya dibangun dengan detail luar biasa.
Musuh-musuh yang kamu temui pun menyesuaikan dengan latar. Tak lagi hanya demon dari neraka digital, melainkan bentuk-bentuk kegelapan klasik seperti:
- Bone Golem – raksasa yang terbuat dari tulang manusia dan hewan.
- Hell Priest – penyihir iblis dengan mantra yang bisa menghancurkan kelompok pasukan.
- Mecha-Dragon – naga setengah organik setengah mesin, yang bisa kamu tunggangi dalam beberapa misi.
Uniknya, The Dark Ages adalah game DOOM pertama yang menghadirkan pertempuran di atas tunggangan, termasuk naga, dan mecha raksasa bernama Atlan, yang kamu gunakan dalam misi besar menghancurkan benteng musuh.
Cerita dan Lore yang Mendalam
Jika kamu pernah membaca Codex Entries di DOOM Eternal, maka kamu tahu bahwa dunia DOOM memiliki kedalaman lore luar biasa. The Dark Ages mengambil semua benih cerita itu dan mengembangkan lebih jauh.
Di game ini, kamu akan bertemu King Orm, pemimpin kerajaan manusia yang beraliansi dengan para Sentinel Knight. Slayer adalah anak angkat kerajaan, pejuang terkutuk yang mendapat kekuatan dari “Divinity Machine”, perangkat mistik yang mengubah manusia menjadi senjata hidup.
Kamu juga akan mengetahui lebih dalam tentang peran Makyr, The Father, dan asal mula konflik antara dimensi manusia dan neraka. Semua dikemas dalam cutscene penuh gaya, dialog penuh makna, dan entri lore yang kini dibacakan langsung oleh narrator suara berat.
Musik dan Atmosfer
Meskipun Mick Gordon tidak lagi mengerjakan musik, pengganti barunya berhasil menjaga tradisi DOOM: soundtrack yang menggetarkan jiwa. Campuran antara orkestra gothic, paduan suara Latin, dan riff gitar berat menjadikan setiap momen dalam game ini terasa epik.
Musik saat melawan boss seperti The Corrupted Giant atau saat menyerbu benteng iblis akan terus membekas di kepala. Bahkan musik saat eksplorasi pun terasa menegangkan, dengan ambient gelap dan efek suara seperti jeritan dari kejauhan.
Fitur Tambahan dan Teknologi
- Ray tracing penuh – menjadikan api, darah, dan armor bersinar secara realistis di PC dan konsol generasi baru.
- Kustomisasi Slayer – kamu bisa mengubah armor Slayer sesuai progresmu: lebih banyak tulang? Lebih banyak rantai? Semua bisa.
- Difficulty Mode baru – seperti Gorehound Mode, yang menambah jumlah darah musuh tapi juga meningkatkan reward.
- Photo Mode – untuk menangkap momen pembantaian dalam gaya sinematik.
Game ini juga akan mendukung modding di PC sejak hari pertama, memperbolehkan komunitas untuk menciptakan misi, senjata, atau bahkan kampanye alternatif sendiri.
Reaksi Komunitas dan Ekspektasi
Setelah trailer perdana muncul di Xbox Games Showcase 2024, DOOM The Dark Ages langsung jadi topik hangat di Reddit dan Twitter. Banyak yang menyebut ini sebagai evolusi logis dari Slayer, yang selama ini terasa terlalu futuristik. Fans lama pun senang karena id Software akhirnya memberi jawaban atas banyak misteri dalam lore lama DOOM.
Game ini dijadwalkan rilis penuh pada 2025 untuk PC, Xbox Series X|S, dan PlayStation 5, dengan janji bahwa seluruh mode bisa dimainkan offline maupun online (termasuk mode Slayer vs Horde yang belum diumumkan secara resmi).
Kesimpulan: DOOM The Dark Ages Adalah Doa Para Slayer yang Terkabul
Sebagai editor dari EAXCO Gaming News & Esports, saya bisa katakan dengan yakin: DOOM The Dark Ages adalah langkah cerdas yang penuh risiko namun berhasil. Ini bukan hanya tentang “apa jadinya DOOM di abad pertengahan”, tapi bagaimana formula FPS klasik bisa dibentuk ulang menjadi mahakarya baru tanpa kehilangan jiwa brutalnya.
Dengan senjata baru, lore dalam, desain musuh yang ikonik, dan atmosfer dunia gothic yang pekat, The Dark Ages adalah alasan kuat untuk kembali mengenakan armor Slayer dan meneriakkan satu hal: RIP AND TEAR!